Perjalanan
ini dimulai dari diputuskannya kelompok kami PKL ke Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru atau yang akan disebut dengan TNBTS. Awalnya kami akan PKL ke
TNBB namun karena ada hal maka kami over ke TNBTS.
Tempat
yang kami datangi pertama kali itu yakni Ranupani. Perjalanan yang kami tempuh
itu sekitar 4 jam dari Tumpang. Dari
Tumpang kami naik jeep menuju ranupani. Desa yang merupakan pemukiman terakhir
jika ingin mendaki gunung semeru. jeep yang kami naiki itu semua bentuknya
kayak mobil jeep yang bagian belakangnya terbuka. Jadi intinya kami semua
nongkrong di luar jeep. Gak ada yang mau di dalam. Yaiyalah. Siapa yang mau
melewatkan pengalaman pertama naik jeep begitu J
yuhuuuu :) |
Setelah
susun susun barang, perjalanan pun dimulai. Seteah semua ready di belakang,
jeep nya pun mulai melaju perlahan. Jujur sih rasanya awesome gitu. Di kampung
orang, diliatin, bawa tas carrier besar besar, berasa kayak pendaki gunung and
traveller sejati deh. Kamu akan tau rasanya jika mencobanya :D
cool :) |
beautifull :) |
Setelah
kami pun mulai masuk ke daerah TNBTS. Pertama yang kami lewati itu area glubuk
klakah. Glubug klakah ini merupakan rest area. Desa ini kayak yang di tivi tivi
itu, kebun mereka itu berbukit bukit. Yah namanya kali pertama lihat begitu
pastinya amat sangat excited banget. Ternyata gak Cuma itu yang menyenangkan
hati kami. Setelah 3 jaman terombang ambing tercampak dan terhempas di jeep
itu, kami mulai bisa ngeliat yang namanya gunung semeru dari kejauhan. Pengen
teriak teriak. Dan yang lebih mengagumkan itu ya pemandangan yang kami dapat di
pertigaan jemplang. Pertigaan ini merupakan pertigaan yang memisahkan bromo
sama desa ranupani.
bukit teletubies |
gunung semeru terlihat malu malu menunjukkan dirinya.. |
Pemandangan
disini amat sangat menakjubkan. Tidak salah kalau bromo itu jadi tujuan salah
satu tujuan wisata andalan di indonesia. Dari kejauhan udah keliatan padang
savana, yang dibelah ama jalan ke daerah cemoro lawang. Blum lagi dari kejauhan
udah keliatan laut pasirnya. Oke kita fokus ke ranupani.
Setelah
lewat pertigaan, dan kembali terombang ambing di jalanan, akhirnya kami masuk
ke pintu gerbang yang bertuliskan “selamat datang ke desa wisata ranupani” gitu
sih tulisannya kalau gak salah. Pas kami masuk ke desa ini, para penduduknya
lagi ngadain kerja bakti bersihkan jalanan dari longsoran tanah gitu. Pada
heran ngeliatin kami, tampaknya bukan karena carier kami sih, ya mereka bahkan
udah biasa, tapi mungkin karena bulan kunjungan kami ke sana. Gimana gak, kami
datang bulan februari yang jelas jelas pendakian di tutup. Gimana mereka gak
heran yee, mungkin dalam pikiran mereka kami ini sangat amat kurang kerjaan.
kerja bakti penduduk |
Desa ranupani ini cukup adem ayem gak bising
sama kendaran. Ya namanya buka jalan
perlintasan, ya jelas aja sepi. Kalau mau menyendiri dari dunia luar, desa ini
recomended banget deh. Setelah masuk melewati gerbang desa, kami mulai melewati
perumahan penduduk, kantor kepala desa, lapangan sepak bola dan kemudian yang
paling ditunggu tunggu ya itu kami lewatin danau ranupani yang menggemparkan
(?). amat sangat terharu melihat danaunya yang buat kami bengong. Kenapa
terbengong? Ya karena amat sangat tidak menyangka akan menjumpai danau yang
bisa dibilang jauh dari harapan mata dan batin kami.
selamat datang di ranupani |
Jeep
yang kami tumpangi melaju lagi ke pinggiran desa. Ya itu kantor resort TNBTS
yang kami tuju. Kantor ini berada lebih tinggi dari desa itu sendiri dan
dananunya. Dari kantor resort ini kami bisa melihat keseluruhan danau dan
desanya. Pemandangannya cukup apik dari kantor resort ini. Bapak yang kami
jumpai pertama kali yakni bapak Parningotan yang akan kami sapa dengan pak
Ningot saja. Bapak ini cukup fenomenal ternyata di ranupani. Sebagai satu
satunya orang batak dan pada akhirnya kami merasa bapak ini jadi keluarga
terdekat kami. Bapak ini Tim sar yang bertugas di ranupani. Setelah itu bapak
ini ngajak kami masuk kantor resort yang disambut oleh bapak kepala resort
sendiri yakni pak Toni artaka. Pak Toni ini orangnya gak terlalu tinggi, kurus
sih, rambutnya agak gondrong tapi otaknya tokcer J. Tanya aja
jenis jenis tumbuhan, sama bapak ini mah kayak nanya jenis bunga ke tukang
bunga. Bahkan ya sampai ke penyakit sama virusnya bapak ini tau. Kadang kala
dia seperti dokter tumbuhan J. Kemudian kami dikenalkan sama pak
tuangkat. Dan ke ibu tuangkat yang akhirnya jadi inang pengasuh kami di
ranupani.
bertemu ranupani untuk pertama kalinya |
Ranupani
ini desa yang amat teramat dingin. Bagaimana tidak, suhu yang 11 derajat kami
temui bagi mereka udah hangat, sedangkan kami yang lngsung dari medan kesa
biasa kena suhu 30 derajat. Apa tak mau mati beku aja rasanya. Tiap kami mandi
pasti ada yang teriak teriak, biar gak bersa dinginnya. Air yang biasa banyak
kalo mandi, ini untuk keramas paling sanggup 3 gayung langsung udah. Rasanya
itu kayak agi ikut ice bucket challenge, karena emang bener bener kayak es batu
yang dibuat ke kepala. Sakitnya itu
kayak ditusuk tusuk jarum. Kepala juga bisa sakit habis keramas.
Pengalaman
kami pertama ya diajak nyari pal batas sama pak susion. Bapak polhut yang ada
di daerah ranupani. Awalnya tampaknya bapak itu gimana gitu, nyatanya asyik
banget orangnya. Trus kami diajak untuk ketemu sama bapak kepala desa
terdahulu. Dari bapak kepala desa ini barulah kami tau bahwa nama ranupani itu
berasal dari dua suku kata ranu= danau dan pani= telinga. Jadi dulunya sebelum
terjadi sedimentasi dan penyempitan danau, danau itu kelihatan seperti telinga
kalau dari atas.
Desa
ini masih terpencil, mayoritas penduduknya beragama hindu. Suku yang ada juga
ykni suku tengger. Suku yang ciri khas orangnya menggunakan sarung. Bukan
dipakai, namun diikat di punggung gitu. Kehidupan beragam dan berbudaya disini
masih sangat erat. Penduduk saling menjungjung tinggi kehormatan dan tidak ada
permasalahan yang mengarah ke arah SARA di desa ini.
penduduk setempat |
Tanaman
utama yang ditanam di desa ini yakni daun bawang dan kentang. Lahan pertanian
penduduk disini berhektar hektar yang bertanam dan umumnya terawat. Pertaian
disini cukup bagus. Pernah satu kali kami menanyai bapak yang selesai anen
kentang, kalau hasil panennya kali itu sekitar 1 ton. Itu cukup besar.
Penjualan hasil pertanian ini pun ke daerah bali yang dimana permintaan
kentangnya tinggi.
Ekonomi
penduduk cukup terbantu dengan adanya
dibuka pendakian ke gunung semeru. banyak penduduk yang membuka usaha
penginapan, rumah makan. Pendadapatan penduduk cukup lumayan walaupun ini masih
bersifat musiman saja. Di desa ini ada warung tempat jualan yang cukup menarik.
Namanya warung langit. Kenapa menurut saya menarik karena namanya yang waarung
langit dan ada ketenrangan di bawahnya yang menyatakan bahwa ini warung yang
paling dekat ke langit J.
Di
desa ini Cuma punya satu sd dan smp. Itupun masuknyakalau gurunya ada. Ya
namanya juga desa yang jauh ke kota.
Setelah
berada di desa ini, aku baru tau apa yang membuat orang merindkan tempat ini. Bukan
karena keindahan ataupun keunikan topografi tapi lebih kepada mencari
ketenangan hidup. Karena disini kita akan merasa jauh dari dunia luar. Kita bisa
berbagi segala kerinduan kita akan alam. Kita bisa membagi keluh keah kita. Tak
salah namanya ranupani, karena bagi ku dia layaknya telinga yang siap mendengar
segala keluh kesah kegalauan orang orang yang datang kepadanya.
end