Selasa, 24 Februari 2015

Ranupani membeku...

Perjalanan ini dimulai dari diputuskannya kelompok kami PKL ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru atau yang akan disebut dengan TNBTS. Awalnya kami akan PKL ke TNBB namun karena ada hal maka kami over ke TNBTS.
Tempat yang kami datangi pertama kali itu yakni Ranupani. Perjalanan yang kami tempuh itu sekitar 4  jam dari Tumpang. Dari Tumpang kami naik jeep menuju ranupani. Desa yang merupakan pemukiman terakhir jika ingin mendaki gunung semeru. jeep yang kami naiki itu semua bentuknya kayak mobil jeep yang bagian belakangnya terbuka. Jadi intinya kami semua nongkrong di luar jeep. Gak ada yang mau di dalam. Yaiyalah. Siapa yang mau melewatkan pengalaman pertama naik jeep begitu J
yuhuuuu :)
Setelah susun susun barang, perjalanan pun dimulai. Seteah semua ready di belakang, jeep nya pun mulai melaju perlahan. Jujur sih rasanya awesome gitu. Di kampung orang, diliatin, bawa tas carrier besar besar, berasa kayak pendaki gunung and traveller sejati deh. Kamu akan tau rasanya jika mencobanya :D
cool :)
beautifull :)
Setelah kami pun mulai masuk ke daerah TNBTS. Pertama yang kami lewati itu area glubuk klakah. Glubug klakah ini merupakan rest area. Desa ini kayak yang di tivi tivi itu, kebun mereka itu berbukit bukit. Yah namanya kali pertama lihat begitu pastinya amat sangat excited banget. Ternyata gak Cuma itu yang menyenangkan hati kami. Setelah 3 jaman terombang ambing tercampak dan terhempas di jeep itu, kami mulai bisa ngeliat yang namanya gunung semeru dari kejauhan. Pengen teriak teriak. Dan yang lebih mengagumkan itu ya pemandangan yang kami dapat di pertigaan jemplang. Pertigaan ini merupakan pertigaan yang memisahkan bromo sama desa ranupani.
bukit teletubies
gunung semeru terlihat malu malu menunjukkan dirinya..
Pemandangan disini amat sangat menakjubkan. Tidak salah kalau bromo itu jadi tujuan salah satu tujuan wisata andalan di indonesia. Dari kejauhan udah keliatan padang savana, yang dibelah ama jalan ke daerah cemoro lawang. Blum lagi dari kejauhan udah keliatan laut pasirnya. Oke kita fokus ke ranupani.
Setelah lewat pertigaan, dan kembali terombang ambing di jalanan, akhirnya kami masuk ke pintu gerbang yang bertuliskan “selamat datang ke desa wisata ranupani” gitu sih tulisannya kalau gak salah. Pas kami masuk ke desa ini, para penduduknya lagi ngadain kerja bakti bersihkan jalanan dari longsoran tanah gitu. Pada heran ngeliatin kami, tampaknya bukan karena carier kami sih, ya mereka bahkan udah biasa, tapi mungkin karena bulan kunjungan kami ke sana. Gimana gak, kami datang bulan februari yang jelas jelas pendakian di tutup. Gimana mereka gak heran yee, mungkin dalam pikiran mereka kami ini sangat amat kurang kerjaan.

kerja bakti penduduk
 Desa ranupani ini cukup adem ayem gak bising sama kendaran. Ya namanya buka  jalan perlintasan, ya jelas aja sepi. Kalau mau menyendiri dari dunia luar, desa ini recomended banget deh. Setelah masuk melewati gerbang desa, kami mulai melewati perumahan penduduk, kantor kepala desa, lapangan sepak bola dan kemudian yang paling ditunggu tunggu ya itu kami lewatin danau ranupani yang menggemparkan (?). amat sangat terharu melihat danaunya yang buat kami bengong. Kenapa terbengong? Ya karena amat sangat tidak menyangka akan menjumpai danau yang bisa dibilang jauh dari harapan mata dan batin kami.
selamat datang di ranupani
Jeep yang kami tumpangi melaju lagi ke pinggiran desa. Ya itu kantor resort TNBTS yang kami tuju. Kantor ini berada lebih tinggi dari desa itu sendiri dan dananunya. Dari kantor resort ini kami bisa melihat keseluruhan danau dan desanya. Pemandangannya cukup apik dari kantor resort ini. Bapak yang kami jumpai pertama kali yakni bapak Parningotan yang akan kami sapa dengan pak Ningot saja. Bapak ini cukup fenomenal ternyata di ranupani. Sebagai satu satunya orang batak dan pada akhirnya kami merasa bapak ini jadi keluarga terdekat kami. Bapak ini Tim sar yang bertugas di ranupani. Setelah itu bapak ini ngajak kami masuk kantor resort yang disambut oleh bapak kepala resort sendiri yakni pak Toni artaka. Pak Toni ini orangnya gak terlalu tinggi, kurus sih, rambutnya agak gondrong tapi otaknya tokcer J. Tanya aja jenis jenis tumbuhan, sama bapak ini mah kayak nanya jenis bunga ke tukang bunga. Bahkan ya sampai ke penyakit sama virusnya bapak ini tau. Kadang kala dia seperti dokter tumbuhan J. Kemudian kami dikenalkan sama pak tuangkat. Dan ke ibu tuangkat yang akhirnya jadi inang pengasuh kami di ranupani.
bertemu ranupani untuk pertama kalinya
Ranupani ini desa yang amat teramat dingin. Bagaimana tidak, suhu yang 11 derajat kami temui bagi mereka udah hangat, sedangkan kami yang lngsung dari medan kesa biasa kena suhu 30 derajat. Apa tak mau mati beku aja rasanya. Tiap kami mandi pasti ada yang teriak teriak, biar gak bersa dinginnya. Air yang biasa banyak kalo mandi, ini untuk keramas paling sanggup 3 gayung langsung udah. Rasanya itu kayak agi ikut ice bucket challenge, karena emang bener bener kayak es batu yang dibuat ke kepala. Sakitnya itu  kayak ditusuk tusuk jarum. Kepala juga bisa sakit habis keramas.
Pengalaman kami pertama ya diajak nyari pal batas sama pak susion. Bapak polhut yang ada di daerah ranupani. Awalnya tampaknya bapak itu gimana gitu, nyatanya asyik banget orangnya. Trus kami diajak untuk ketemu sama bapak kepala desa terdahulu. Dari bapak kepala desa ini barulah kami tau bahwa nama ranupani itu berasal dari dua suku kata ranu= danau dan pani= telinga. Jadi dulunya sebelum terjadi sedimentasi dan penyempitan danau, danau itu kelihatan seperti telinga kalau dari atas.
Desa ini masih terpencil, mayoritas penduduknya beragama hindu. Suku yang ada juga ykni suku tengger. Suku yang ciri khas orangnya menggunakan sarung. Bukan dipakai, namun diikat di punggung gitu. Kehidupan beragam dan berbudaya disini masih sangat erat. Penduduk saling menjungjung tinggi kehormatan dan tidak ada permasalahan yang mengarah ke arah SARA di desa ini.
penduduk setempat
Tanaman utama yang ditanam di desa ini yakni daun bawang dan kentang. Lahan pertanian penduduk disini berhektar hektar yang bertanam dan umumnya terawat. Pertaian disini cukup bagus. Pernah satu kali kami menanyai bapak yang selesai anen kentang, kalau hasil panennya kali itu sekitar 1 ton. Itu cukup besar. Penjualan hasil pertanian ini pun ke daerah bali yang dimana permintaan kentangnya tinggi.
Ekonomi penduduk cukup terbantu  dengan adanya dibuka pendakian ke gunung semeru. banyak penduduk yang membuka usaha penginapan, rumah makan. Pendadapatan penduduk cukup lumayan walaupun ini masih bersifat musiman saja. Di desa ini ada warung tempat jualan yang cukup menarik. Namanya warung langit. Kenapa menurut saya menarik karena namanya yang waarung langit dan ada ketenrangan di bawahnya yang menyatakan bahwa ini warung yang paling dekat ke langit J.
Di desa ini Cuma punya satu sd dan smp. Itupun masuknyakalau gurunya ada. Ya namanya juga desa yang jauh ke kota.
Setelah berada di desa ini, aku baru tau apa yang membuat orang merindkan tempat ini. Bukan karena keindahan ataupun keunikan topografi tapi lebih kepada mencari ketenangan hidup. Karena disini kita akan merasa jauh dari dunia luar. Kita bisa berbagi segala kerinduan kita akan alam. Kita bisa membagi keluh keah kita. Tak salah namanya ranupani, karena bagi ku dia layaknya telinga yang siap mendengar segala keluh kesah kegalauan orang orang yang datang kepadanya.

end