Perjalanan kali ini masih berbasis
PKL yang kami laksanakan di TNBTS. Setelah sekitar seminggu berada di Ranupani,
ini saatnya kami berpindah lokasi. Kami yang kala itu sama sekali buta tentang
lokasi yang akan kami tuju. Kami hanya tau nama lokasinya SPTN IV pronojiwo.
Bagaimana kesana, apa yang ada disana, akan menemui siapa di sana, kami benar
benar gak tau.
Hari
H perpindahan kami diisi dengan sendu. Bagaimana tidak, kami mulai menyukai
ranupani, orang-orang yang membantu kami dan suasana desa nya yang amat
menyenangkan. Penduduk desa yang ramah, tiap pagi disambut kabut pagi yang
melingkupi ranupani. Ternyata setelah dinikmati, dinginnya ranupani itu
bukanlah cobaan terberat, namun perpindahan ke lokasi baru yang terasa berat.
Pak
Ningot bantu kami untuk nyari kendaraan ke Pronojiwo. Akhirnya karena
keterbatasan kendaraan, kami jadi naik truk ke sana. Katanya pronojiwo itu jauh
dari ranupani. Kami yang emang gak tau ya Cuma ngangguk ngangguk aja. Dan
jadilah kami nyewa satu truk. Karena yang punya dibujuk sama pak ningot, dan
mengingat anak PKL yang notabenenya gak punya duit banyak, akhirnya setelah
pertimbangan yang cukup berat, akhirnya yang punya setuju kami bayar 700rb
untuk truk nya itu. Kami sebenarnya kaget, tapi mau gak mau kami harus mau.
Karena emang gak ada kendaraan lain. Setelah perpisahan yang singkat,
perjalanan kami selanjutnya dimulai.
|
DI Truk |
Bergerak
dari ranupani, kami melewati hutan yang cukup luas. Nama hutan tersebut
ireng-ireng. Kami sama sekali gak tau kalo di balik ranupani ada hutan alam
yang begitu. Pohonnya besar-besar dan banyak yang berlumut, mungkin karena
kondisi ketinggiannya yang membuat menjadi beriklim lembab. Banyak tumbuhan
yang bahkan kami gak pernah lihat. Setelah agak lama melewati hutan, kami mulai
masuk ke hutan bambu. Hutan ini bambunya cukup besar dan ketika kami memasuki
arealnya, banyak bambu yang saling melintang di atas jalan, jadi kami seolah
olah memasuki lorong bambu gitu. So amazing. Setelah melewati hutan, kami
kemudian memasuki kawasan senduro. Yang kami lihat sih seperti umumnya
kecamatan yang biasa sih. Jalanan yang
kami lalui itu gak sepenuhnya rata, kami tercampak campak di dalam truk nya.
Belum lagi hujan yang melanda.
Setelah
sekitar 2 jam lebih perjalanan yang kami tempuh, kami kemudian masuk ke daerah
Pronojiwo. Sebelum memasuki kawasan, kami terlebih dahulu melewati sungai alirn
lahar dingin gunung semeru, yang melintang di jembatan piket nol.
Pemandangannya sangat amat apik, kece badai lah. Setelah melewati jalanan yang belok belok,
naikan, di pinggiran jurang, akhirnya kami sampai di pronojiwo. Kala itu disana
lagi hujan. Kami yang notabenenya udah basah di jalan, sampai di kantor dengan
basah kuyub dan lapar.
Orang
pertama yang kami temui yakni ibu hartati. Ibu ini merupakan kepala seksi. Jago
kan, ibu ibu bisa mimpin kantor seksi yang isinya laki semua. Kemudian ibu ini
ngenalin kami sama pak dwi, pak teguh dan mas david. Mereka pada baik baik juga
sih.
Perjalan
pertama kami di pronojiwo yakni ke daerah resort candipuro. Hari ini kami
direncanakan pengecekan pal batas. Lokasi yang kami tuju sangat amat ekstreem.
Unutk menuju kesana, mobil yang dipakai harus sanggup untuk off road. Belum
lagi jalanan becek dan licin karena kondisi hujan. Mobilnya pun sempat
terperosok, setelah usaha yang cukup aot ditambah sopir off road yang
berpengalaman yakni pak kustanto (polhut candipuro) kami pun terbebas dan bisa
samapi ke lokasi dengan bemandikan lumpur. Setelah melakukan pengecekan pal
batas, kami diajak ke pos pemantauan gunung semeru di gunung sawur. Karena
kondisinya hujan dan berkabut, kami gak bisa ngeliat gunung semeru dari pos
pemantauan ini. Daerah ini merupakan salah satu kunjungan wisata disana.
|
off roader candi puro |
Hari
kedua disana, kondisi cuaca sih cukup cerah. Kami dikasi tau kalau gunung
semeru lagi keliatan. Kami semua kaget, kami baru tau kalo pronojiwo itu di
kaki semeru :D . kami pun heboh natap
natap di depan kantor seksi. Hari itu
kami dikenalkan sama pak hendra. Bapak ini kepala seksi di kantor resort
ranudarungan. Hari ini rencananya kami melakukan ekspedisi pencarian tanaman
pronojiwo di resort tersebut. resort ini merupakan lokasi untuk pendidikan dan
perlindungan plasma nutfah.
Sampainya
di kantor resort kami dikenalkan ke beberapa pegawai resort. Kami kemudian
ramai ramai ke hutan dekat ranudarungan untuk ekspedisi tanaman pronojiwo. Kami
ke lokasi naik mobil ibu tati yang disopirin sama pak dwi. Jalannya masih
ekstreem juga, walau tidak seekstreem jalan di candipuro. jalanan disana kalau
udah mulai masuk ke lokasi masih berupa jalanan batu tambah tanah. Jadi banyak
guncangannya.
Sudah
nyampe ke ranudarungan, kami ngelihat danau kecil, yang katanya danaunya emang
sedikit aneh, ketinggiannya bisa berubah. Jadi pas kami datang kesana,
kondisinya lagi kering. Kering disini bukan dalam artian gak ada air. Kemudian
kami mulai diajak masuk ke kawasan hutan. Siapa yang tau kalau di hutan itu
banyak pacatnya. Syukurlah gak kena :D. Perjalanan untuk nyari pronojiwo itu
gak ekstreem sih. Jalan hutan yang biasa aja. Setelah jalan sekitar setengh
jam, udah nemu tuh tumbuhan pronojiwo. Kemudian pak hendra jelasin kegunaan
tumbuhan pronojiwo tersebut, yang merupakan tumbuhan khas daerah disana. Dan
memang Cuma adanya disana. Sebelum kami nyampe ke daerah tumbuhan tersebut,
kami terlebih dahulu dikasi tunjuk bekas lodge (tempat tinggal) orang belanda
jaman dahulu.
|
expedisi pronojiwo |
Setelah
puas di ranudarungan kami kemudian ke kantor resort. Di kantor resort, mulai
lah kami dikenalkan sama yang namanya salak pronojiwo. Dan memang, sejauh salak
yang pernah aku makan, salak disana emang gak ada duanya. Ini merupakan jenis
salak pondoh. Top markotop lah pokoknya. Kami jadi nagih. Dikasi lagi ya kami
habisin, dikasi lagi ya habis lagi. Emang doyan :D.
|
ada pacatttt!!! |
Pulangnya
dari sana kami lagi lagi dikasi salak sama pak teguh. Kali ini salak yang
dikasi satu kantong besar. Kami senang sih. Hari hari makan salak aja. Ehh,,
belum habis malah ditambah lagi. Ternyata yang dari doyan jadi mabuk salak :D.
Hari
keempat, kami ngecek pal batas buatan jaman dahulu sama pak hendra dan tiap
lewat kebun salak warga, kami dikasi salak. Sampai kami gak kuat lagi. Tapi mau
gak mau mesti dimakan. Tiap ada salak yang jatuh dari tangan, orang yang
ngejatuhin dikasi hukuman harus makan tuh salak yang jatuh. Mulut pun sampai
kepenuhan karena salak. Yang di kamar belum habis, eh malah nambah lagi.
|
salak pertama |
Di
ranudarungan kami juga sempat ke lokasi PDAM disana yang sumber airnya dai ranu
tersebut. awalnya kami mau pengamatan satwa sih. Katanya disana ada satwa
lutung jawa. Kami pun semangat nih buat pengamatan satwanya. Sebelum ke lokasi
kami ngelewati batu yang diukir jadi mirip ular. Sampai di lokasi, kami
nungguin tuh satwa lutungnya. Tapi ya emang lagi apesnya, udah lama nungguin
nyatanya gak ada yang nongol, satu pun gak ada. Mungkin lutungnya yang malah
ngeliatin kami dari jauh. Ini mah pengamatan manusia oleh lutung -_-“.
Hari
terakhir kami disana, gak ada kegiatan. Kami semua packing barang, sambil
bersih bersih tempat nginap kami. Udah beres semua kami ngumpulin salak kami
yang ada satu plastik lagi. Kami pilih pilih yang masih bagus. Sempat juga kami
becanda, hisar kayak pedagang salak. Semua ngakak samapi sakit perut. Ehh udah
selesai itu, malamnya kami baru berangkat diantar sama buk tati ke Tumpang,
tepatnya ke rumah pak sarmin. Karena dari sana ntar kami ke lokasi ke tiga kami
tepatnya ke cemoro lawang. Setelah pamit ke pak dwi, pak teguh sama mas david,
kami berangkat deh J