Kamis, 05 Maret 2015

Mabuk salak PRONOJIWO


             Perjalanan kali ini masih berbasis PKL yang kami laksanakan di TNBTS. Setelah sekitar seminggu berada di Ranupani, ini saatnya kami berpindah lokasi. Kami yang kala itu sama sekali buta tentang lokasi yang akan kami tuju. Kami hanya tau nama lokasinya SPTN IV pronojiwo. Bagaimana kesana, apa yang ada disana, akan menemui siapa di sana, kami benar benar gak tau. 

Hari H perpindahan kami diisi dengan sendu. Bagaimana tidak, kami mulai menyukai ranupani, orang-orang yang membantu kami dan suasana desa nya yang amat menyenangkan. Penduduk desa yang ramah, tiap pagi disambut kabut pagi yang melingkupi ranupani. Ternyata setelah dinikmati, dinginnya ranupani itu bukanlah cobaan terberat, namun perpindahan ke lokasi baru yang terasa berat.

Pak Ningot bantu kami untuk nyari kendaraan ke Pronojiwo. Akhirnya karena keterbatasan kendaraan, kami jadi naik truk ke sana. Katanya pronojiwo itu jauh dari ranupani. Kami yang emang gak tau ya Cuma ngangguk ngangguk aja. Dan jadilah kami nyewa satu truk. Karena yang punya dibujuk sama pak ningot, dan mengingat anak PKL yang notabenenya gak punya duit banyak, akhirnya setelah pertimbangan yang cukup berat, akhirnya yang punya setuju kami bayar 700rb untuk truk nya itu. Kami sebenarnya kaget, tapi mau gak mau kami harus mau. Karena emang gak ada kendaraan lain. Setelah perpisahan yang singkat, perjalanan kami selanjutnya dimulai.

DI Truk

Bergerak dari ranupani, kami melewati hutan yang cukup luas. Nama hutan tersebut ireng-ireng. Kami sama sekali gak tau kalo di balik ranupani ada hutan alam yang begitu. Pohonnya besar-besar dan banyak yang berlumut, mungkin karena kondisi ketinggiannya yang membuat menjadi beriklim lembab. Banyak tumbuhan yang bahkan kami gak pernah lihat. Setelah agak lama melewati hutan, kami mulai masuk ke hutan bambu. Hutan ini bambunya cukup besar dan ketika kami memasuki arealnya, banyak bambu yang saling melintang di atas jalan, jadi kami seolah olah memasuki lorong bambu gitu. So amazing. Setelah melewati hutan, kami kemudian memasuki kawasan senduro. Yang kami lihat sih seperti umumnya kecamatan yang biasa sih.  Jalanan yang kami lalui itu gak sepenuhnya rata, kami tercampak campak di dalam truk nya. Belum lagi hujan yang melanda.

Setelah sekitar 2 jam lebih perjalanan yang kami tempuh, kami kemudian masuk ke daerah Pronojiwo. Sebelum memasuki kawasan, kami terlebih dahulu melewati sungai alirn lahar dingin gunung semeru, yang melintang di jembatan piket nol. Pemandangannya sangat amat apik, kece badai lah.  Setelah melewati jalanan yang belok belok, naikan, di pinggiran jurang, akhirnya kami sampai di pronojiwo. Kala itu disana lagi hujan. Kami yang notabenenya udah basah di jalan, sampai di kantor dengan basah kuyub dan lapar.
Orang pertama yang kami temui yakni ibu hartati. Ibu ini merupakan kepala seksi. Jago kan, ibu ibu bisa mimpin kantor seksi yang isinya laki semua. Kemudian ibu ini ngenalin kami sama pak dwi, pak teguh dan mas david. Mereka pada baik baik juga sih.

Perjalan pertama kami di pronojiwo yakni ke daerah resort candipuro. Hari ini kami direncanakan pengecekan pal batas. Lokasi yang kami tuju sangat amat ekstreem. Unutk menuju kesana, mobil yang dipakai harus sanggup untuk off road. Belum lagi jalanan becek dan licin karena kondisi hujan. Mobilnya pun sempat terperosok, setelah usaha yang cukup aot ditambah sopir off road yang berpengalaman yakni pak kustanto (polhut candipuro) kami pun terbebas dan bisa samapi ke lokasi dengan bemandikan lumpur. Setelah melakukan pengecekan pal batas, kami diajak ke pos pemantauan gunung semeru di gunung sawur. Karena kondisinya hujan dan berkabut, kami gak bisa ngeliat gunung semeru dari pos pemantauan ini. Daerah ini merupakan salah satu kunjungan wisata disana.

off roader candi puro

Hari kedua disana, kondisi cuaca sih cukup cerah. Kami dikasi tau kalau gunung semeru lagi keliatan. Kami semua kaget, kami baru tau kalo pronojiwo itu di kaki semeru :D .  kami pun heboh natap natap  di depan kantor seksi. Hari itu kami dikenalkan sama pak hendra. Bapak ini kepala seksi di kantor resort ranudarungan. Hari ini rencananya kami melakukan ekspedisi pencarian tanaman pronojiwo di resort tersebut. resort ini merupakan lokasi untuk pendidikan dan perlindungan plasma nutfah.

Sampainya di kantor resort kami dikenalkan ke beberapa pegawai resort. Kami kemudian ramai ramai ke hutan dekat ranudarungan untuk ekspedisi tanaman pronojiwo. Kami ke lokasi naik mobil ibu tati yang disopirin sama pak dwi. Jalannya masih ekstreem juga, walau tidak seekstreem jalan di candipuro. jalanan disana kalau udah mulai masuk ke lokasi masih berupa jalanan batu tambah tanah. Jadi banyak guncangannya.

Sudah nyampe ke ranudarungan, kami ngelihat danau kecil, yang katanya danaunya emang sedikit aneh, ketinggiannya bisa berubah. Jadi pas kami datang kesana, kondisinya lagi kering. Kering disini bukan dalam artian gak ada air. Kemudian kami mulai diajak masuk ke kawasan hutan. Siapa yang tau kalau di hutan itu banyak pacatnya. Syukurlah gak kena :D. Perjalanan untuk nyari pronojiwo itu gak ekstreem sih. Jalan hutan yang biasa aja. Setelah jalan sekitar setengh jam, udah nemu tuh tumbuhan pronojiwo. Kemudian pak hendra jelasin kegunaan tumbuhan pronojiwo tersebut, yang merupakan tumbuhan khas daerah disana. Dan memang Cuma adanya disana. Sebelum kami nyampe ke daerah tumbuhan tersebut, kami terlebih dahulu dikasi tunjuk bekas lodge (tempat tinggal) orang belanda jaman dahulu.

expedisi pronojiwo

Setelah puas di ranudarungan kami kemudian ke kantor resort. Di kantor resort, mulai lah kami dikenalkan sama yang namanya salak pronojiwo. Dan memang, sejauh salak yang pernah aku makan, salak disana emang gak ada duanya. Ini merupakan jenis salak pondoh. Top markotop lah pokoknya. Kami jadi nagih. Dikasi lagi ya kami habisin, dikasi lagi ya habis lagi. Emang doyan :D.

ada pacatttt!!!

  Pulangnya dari sana kami lagi lagi dikasi salak sama pak teguh. Kali ini salak yang dikasi satu kantong besar. Kami senang sih. Hari hari makan salak aja. Ehh,, belum habis malah ditambah lagi. Ternyata yang dari doyan jadi mabuk salak :D.
Hari keempat, kami ngecek pal batas buatan jaman dahulu sama pak hendra dan tiap lewat kebun salak warga, kami dikasi salak. Sampai kami gak kuat lagi. Tapi mau gak mau mesti dimakan. Tiap ada salak yang jatuh dari tangan, orang yang ngejatuhin dikasi hukuman harus makan tuh salak yang jatuh. Mulut pun sampai kepenuhan karena salak. Yang di kamar belum habis, eh malah nambah lagi.

salak pertama

Di ranudarungan kami juga sempat ke lokasi PDAM disana yang sumber airnya dai ranu tersebut. awalnya kami mau pengamatan satwa sih. Katanya disana ada satwa lutung jawa. Kami pun semangat nih buat pengamatan satwanya. Sebelum ke lokasi kami ngelewati batu yang diukir jadi mirip ular. Sampai di lokasi, kami nungguin tuh satwa lutungnya. Tapi ya emang lagi apesnya, udah lama nungguin nyatanya gak ada yang nongol, satu pun gak ada. Mungkin lutungnya yang malah ngeliatin kami dari jauh. Ini mah pengamatan manusia oleh lutung -_-“.

Hari terakhir kami disana, gak ada kegiatan. Kami semua packing barang, sambil bersih bersih tempat nginap kami. Udah beres semua kami ngumpulin salak kami yang ada satu plastik lagi. Kami pilih pilih yang masih bagus. Sempat juga kami becanda, hisar kayak pedagang salak. Semua ngakak samapi sakit perut. Ehh udah selesai itu, malamnya kami baru berangkat diantar sama buk tati ke Tumpang, tepatnya ke rumah pak sarmin. Karena dari sana ntar kami ke lokasi ke tiga kami tepatnya ke cemoro lawang. Setelah pamit ke pak dwi, pak teguh sama mas david, kami berangkat deh J