Agan
agan sekalian pasti sudah tau gunung sinabung. Gunung yang sudah setahun lebih
selalu erupsi. Gunung sinabung merupakan pendakian pertama kali yang aku
lakukan bersama kawan-kawan ku. Untukku memang pertama kali tapi sebagian kawan
ku tersebut tidak. Ada yang sudah empat, lima dan lainnya. Waahh sepertinya aku
sudah ketinggalan jauh dengan mereka. Tapi itu tak jadi masalah di banding
dengan tidak pernah sama sekali.
Pendakian
sinabung ini kami lakukan sekitar tanggal 21 April 2013. Sudah satu setengah tahun
berlalu. Kami berangkat siang hari dari medan. Diantara kami yang berangkat ada
aku, ester, tio, tomo, hisar, adnin, ferry, ombun, eky, yudi dan yohanes. Kami hanya
dua orang cewek, dan sama sama belum berpengalaman :D . Perjalanan dari Medan
sampai ke berastagi memakan waktu sekitar 2 jam gitu. Sampai di berastagi, kami
turun di pajak berastagi. Ongkosnya sekitar 10.000. Di sana kami mencari angkot
yang masuk ke lau kawar. Kalau tidak salah sih nama angkotnya Kama. Di dalam angkot penuh dengan manusia yang mau
tidak mau harus membuat beberapa dari pria pria tersebut, bersedia nangkring di
atas angkot. Aku lupa siapa yang di atas angkotnya. Yudi salah satu kawan yang
ikut naek angkot dan duduk di depan ku ternyata ada phobia ayam. Phobia yang
membuat kami habis ngetawain dia, gimana tidak karena di dalam angkot tersebut
kebetulan ada ibu-ibu yang bawa ayam :D.
Kami
penumpang terakhir yang turun di lau kawar. Suasana sudah soredan cukup dingin.
Kami bergegas membuat tenda. Tenda yang kami buat ada sekitar 3 tenda gitu. Aku
dan ester satu tenda dan hanya kami berdua aja.
Malam
itu danau lau kawar cukup dingin. Aku sendirian di dalam tenda, kawan yang lain
sih pada sibuk cerita di luar tenda karena ada api unggun kecil yang di buat. Nahh
disinilah tiba-tiba terjadi hal yang tidak aku duga. Entah itu nyata apa
imajinasi aku aja. Di sebelah kanan tenda sedikit sedikit sih aku lihat ada
seperti bayangan hitam kecil, lama-lama bayangan tersebut makin besar dan
membentuk bayangan anak kecil seusia 10 tahun yang tepat berdiri di samping
tenda. Aku cukup kaget, tapi tidak mau berburuk sangka. Aku keluarkan kepala ku
dari pintu tenda. Aku hitung jumlah kawanku, da semua. Trus aku lihat kawanku gak
ada yang berdiri di samping tenda. Aku diam aja saat itu. Aku takut itu bisa
membuat kehebohan. Aku lalu manggil tio untuk menemani aku di dalam tenda.
Esok
paginya kami merencanakan naik ke sinabung jam enam gitu. Dan lagi terjadilah
sesuatu yang tidak aku duga. Pas bangun tidur perasaan ku udah gak enak sih. Rasa-rasanya
seperti cewek yang PMS. Dan setelah numpang ke kamar mandi orang, ternyata iya,
aku mens. Padahal itu bukan tanggalnya, baru sekitar dua minggu yang lalu aku
dapet. Aku gak punya persiapan. Cari sana sini gak ada yang jual pembalut. Gawat
pikirku. Nah di saat kritis dan kadung udah niat pengen naik, aku ingat kalo
aku punya handuk yang seukuran sapu tangan. Jadilah itu tampon yang
menggantikan pembalut. Kali pertama deh begituan.
Aku
gak ada bilang ke kawan ku kalo aku tiba-tiba mens pagi itu. Yang tau hanya aku
sama ester aja. Ester gak ikut naik kalo aku gak ikut. Aku pun kadung udah
pengen naik. Akhirnya kami mendiamkan aja kalo aku dapet dan tetap ikut naik ke
sinabung. Kami naik sekitar pukul 6 lewat gitu. Terlebih dahulu kami mengisi
perut dulu. Trek ke sinabung di awali
dengan memasuki perladangan warga. Setelah itu ada perbatasan hutan dengan
ladang warga. Dari perbatasan tersebut mulailah di lanjut perjalanan yang mulai
mendaki.
shelter 1 |
Kami
akhirnya tiba di shelter 1, di shelter ini ada seperti tempat kosong di
pinggiran jalan yang di buat semacam tempat memberi sesembahan gitu. Ketika kami
lewat, ada rokok yang diselipkan di ranting yang bercabang dua. Kami tidak
terlalu lama disini, kami kemudian melanjutkan perjalanan ke shelter dua
shelter 2 |
Tiba
di shelter dua, kami memilih istirahat dulu, sembari menikmati logistik yang
kami bawa. Di antara shelter 1 dan shelter dua, ada persimpangan. Di dekat
persimpangan tersebut, ada semacam tugu, walaupun agak tertutup rimbunnya daun,
namun jika diperhatikan cukup nampak. Tugu ini merupakan tugu peringatan untuk
anak ITM yang hilang pada saat mendaki gunung sinabung. Dan hingga kini
jasadnya tidak ditemukan. Tugu itu sebagi tugu peringatan lokasi terakhir dia. Kami tiba di shelter ini keadaan sudah cukup
terang. Kondisi di shelter dua ini cukup enak, ada pohon tumbang yang bisa di
jadikan tempat duduk. Kondisinya juga cukup lapang. Matahari pagi mulai
menghangatkan badan kami. Setelah istirahat di rasa cukup, perjalanan kami
lanjut ke shelter 3.
shelter 3 |
Shelter
tiga biasa di sebut orang dengan pandan karena memang di shelter initumbuh
pandan hutan yang cukup lebat. Salah pegang maka jari bisa luka tertusuk duri
yang cukup keras dan panjang. Shelter ini merupakan tempat yang ada air bersih
dan bisa di minum. Kami mengisi air untuk persiapan di atas. Air yang bisa
diminum harus di tampung dulu. Karena sumber
airnya cukup kecil. Kemudian perjalanan kami lanjut ke shelter 4.
tanjakan patah hati |
Shelter
4 ataupun di sebut tanjakan patah hati. Kenapa disebutnya begitu karena memang
kondisi nya cukup curam, berbatu,dan bisa membuat orang langsung patah hati begitu
melihatnya. Orang yang takut ketinggian mungkin sudah bisa terjun bebas dari
tanjakan ini. Lewat dari shelter ini, mulailah tercium bau belerang. Sebelum mencapai
kawah, akan melewati beberapa lubang-lubang kecil tempat keluarnya asap
belerang namun dalam jumlah kecil. Dan sampailah kami di puncak sinabung.
Nah
setelah puas menikmati keindahan puncak sinabung, kami pun turun. Di perjalanan
turun tidak ada kendala, namun mulailah ada yang aneh. Dari shelter dua ke
satu, perjalanan turunnya melebihi waktu normal yang kami tadi naik. Kami seolah
olah berputar di spot itu aja. Karena memang baru kali pertama ke sana, aku sih
cuek aja, namun agak heran juga karena fery dan adnin, kawan yang megang GPS
dari tadi hanya lht GPS terus, dan seperti berbisik bisik ke adnin. Mereka berdua
berjalan paling belakang dari kami. Setelah cukup lama akhirnya kami menemukan
shelter 1 juga. Sedikit lega kemudian kami akhirnya sampai di perkemahan di
tepi lau kawar.
packing pulang |
Setelah
packing, kami kemudian menaiki angkot yang membawa kami ke berastagi. Kami semua
ada di dalam angkot tersebut. Kemudian ombun cerita kalo tadi malam tenda kami
di kelilingi anjing dan anjingnya melolong lolong dekat sekali. Ternyata malam
itu cukup horor, namun aku tidak tau. Dan kemudian aku ngaku kepada mereka kalo
aku sebenernya tiba-tida dapet, dan terkuaklah ternyata tadi pas perjalanan
turun, GPS yang kami gunakan hanya bergerak di satu titik. Namun mereka gak mau
ngasi tau takut kami panik. Dan fery yang ada semacam sensitifnya terhadap
dunia lain juga memberi tahu kalo tadi pas naik pagi hari, dia melihat banyak
sekelebat bayangan yang mengikuti kami. Kemungkinan sih karena aku naik pas
dapet dan biasanya yang begituan suka tau bau anyir darah. Kami pun kembali ke
medan dalam keadaan sehat walafiat. Sungguh pengalaman yang tidak terlupakan. Based
on my true story :) (iys).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar