Selasa, 02 Desember 2014

Gunung Sinabung (2460 mdpl) Dalam Kenangan..

Agan agan sekalian pasti sudah tau gunung sinabung. Gunung yang sudah setahun lebih selalu erupsi. Gunung sinabung merupakan pendakian pertama kali yang aku lakukan bersama kawan-kawan ku. Untukku memang pertama kali tapi sebagian kawan ku tersebut tidak. Ada yang sudah empat, lima dan lainnya. Waahh sepertinya aku sudah ketinggalan jauh dengan mereka. Tapi itu tak jadi masalah di banding dengan tidak pernah sama sekali.
Pendakian sinabung ini kami lakukan sekitar tanggal 21 April 2013. Sudah satu setengah tahun berlalu. Kami berangkat siang hari dari medan. Diantara kami yang berangkat ada aku, ester, tio, tomo, hisar, adnin, ferry, ombun, eky, yudi dan yohanes. Kami hanya dua orang cewek, dan sama sama belum berpengalaman :D . Perjalanan dari Medan sampai ke berastagi memakan waktu sekitar 2 jam gitu. Sampai di berastagi, kami turun di pajak berastagi. Ongkosnya sekitar 10.000. Di sana kami mencari angkot yang masuk ke lau kawar. Kalau tidak salah sih nama angkotnya Kama.  Di dalam angkot penuh dengan manusia yang mau tidak mau harus membuat beberapa dari pria pria tersebut, bersedia nangkring di atas angkot. Aku lupa siapa yang di atas angkotnya. Yudi salah satu kawan yang ikut naek angkot dan duduk di depan ku ternyata ada phobia ayam. Phobia yang membuat kami habis ngetawain dia, gimana tidak karena di dalam angkot tersebut kebetulan ada ibu-ibu yang bawa ayam :D.

Kami penumpang terakhir yang turun di lau kawar. Suasana sudah soredan cukup dingin. Kami bergegas membuat tenda. Tenda yang kami buat ada sekitar 3 tenda gitu. Aku dan ester satu tenda dan hanya kami berdua aja.
danau lau kawar sore itu        
tenda penampungan kami
Malam itu danau lau kawar cukup dingin. Aku sendirian di dalam tenda, kawan yang lain sih pada sibuk cerita di luar tenda karena ada api unggun kecil yang di buat. Nahh disinilah tiba-tiba terjadi hal yang tidak aku duga. Entah itu nyata apa imajinasi aku aja. Di sebelah kanan tenda sedikit sedikit sih aku lihat ada seperti bayangan hitam kecil, lama-lama bayangan tersebut makin besar dan membentuk bayangan anak kecil seusia 10 tahun yang tepat berdiri di samping tenda. Aku cukup kaget, tapi tidak mau berburuk sangka. Aku keluarkan kepala ku dari pintu tenda. Aku hitung jumlah kawanku, da semua. Trus aku lihat kawanku gak ada yang berdiri di samping tenda. Aku diam aja saat itu. Aku takut itu bisa membuat kehebohan. Aku lalu manggil tio untuk menemani aku di dalam tenda.
Esok paginya kami merencanakan naik ke sinabung jam enam gitu. Dan lagi terjadilah sesuatu yang tidak aku duga. Pas bangun tidur perasaan ku udah gak enak sih. Rasa-rasanya seperti cewek yang PMS. Dan setelah numpang ke kamar mandi orang, ternyata iya, aku mens. Padahal itu bukan tanggalnya, baru sekitar dua minggu yang lalu aku dapet. Aku gak punya persiapan. Cari sana sini gak ada yang jual pembalut. Gawat pikirku. Nah di saat kritis dan kadung udah niat pengen naik, aku ingat kalo aku punya handuk yang seukuran sapu tangan. Jadilah itu tampon yang menggantikan pembalut. Kali pertama deh begituan.
Aku gak ada bilang ke kawan ku kalo aku tiba-tiba mens pagi itu. Yang tau hanya aku sama ester aja. Ester gak ikut naik kalo aku gak ikut. Aku pun kadung udah pengen naik. Akhirnya kami mendiamkan aja kalo aku dapet dan tetap ikut naik ke sinabung. Kami naik sekitar pukul 6 lewat gitu. Terlebih dahulu kami mengisi perut dulu.  Trek ke sinabung di awali dengan memasuki perladangan warga. Setelah itu ada perbatasan hutan dengan ladang warga. Dari perbatasan tersebut mulailah di lanjut perjalanan yang mulai mendaki.
shelter 1
Kami akhirnya tiba di shelter 1, di shelter ini ada seperti tempat kosong di pinggiran jalan yang di buat semacam tempat memberi sesembahan gitu. Ketika kami lewat, ada rokok yang diselipkan di ranting yang bercabang dua. Kami tidak terlalu lama disini, kami kemudian melanjutkan perjalanan ke shelter dua
shelter 2
Tiba di shelter dua, kami memilih istirahat dulu, sembari menikmati logistik yang kami bawa. Di antara shelter 1 dan shelter dua, ada persimpangan. Di dekat persimpangan tersebut, ada semacam tugu, walaupun agak tertutup rimbunnya daun, namun jika diperhatikan cukup nampak. Tugu ini merupakan tugu peringatan untuk anak ITM yang hilang pada saat mendaki gunung sinabung. Dan hingga kini jasadnya tidak ditemukan. Tugu itu sebagi tugu peringatan lokasi terakhir dia.  Kami tiba di shelter ini keadaan sudah cukup terang. Kondisi di shelter dua ini cukup enak, ada pohon tumbang yang bisa di jadikan tempat duduk. Kondisinya juga cukup lapang. Matahari pagi mulai menghangatkan badan kami. Setelah istirahat di rasa cukup, perjalanan kami lanjut ke shelter 3.

shelter 3
Shelter tiga biasa di sebut orang dengan pandan karena memang di shelter initumbuh pandan hutan yang cukup lebat. Salah pegang maka jari bisa luka tertusuk duri yang cukup keras dan panjang. Shelter ini merupakan tempat yang ada air bersih dan bisa di minum. Kami mengisi air untuk persiapan di atas. Air yang bisa diminum harus di tampung  dulu. Karena sumber airnya cukup kecil. Kemudian perjalanan kami lanjut ke shelter 4.
tanjakan patah hati
Shelter 4 ataupun di sebut tanjakan patah hati. Kenapa disebutnya begitu karena memang kondisi nya cukup curam, berbatu,dan bisa membuat orang langsung patah hati begitu melihatnya. Orang yang takut ketinggian mungkin sudah bisa terjun bebas dari tanjakan ini. Lewat dari shelter ini, mulailah tercium bau belerang. Sebelum mencapai kawah, akan melewati beberapa lubang-lubang kecil tempat keluarnya asap belerang namun dalam jumlah kecil. Dan sampailah kami di puncak sinabung.
bidadarinya :D
 
yihaaaa :D

Nah setelah puas menikmati keindahan puncak sinabung, kami pun turun. Di perjalanan turun tidak ada kendala, namun mulailah ada yang aneh. Dari shelter dua ke satu, perjalanan turunnya melebihi waktu normal yang kami tadi naik. Kami seolah olah berputar di spot itu aja. Karena memang baru kali pertama ke sana, aku sih cuek aja, namun agak heran juga karena fery dan adnin, kawan yang megang GPS dari tadi hanya lht GPS terus, dan seperti berbisik bisik ke adnin. Mereka berdua berjalan paling belakang dari kami. Setelah cukup lama akhirnya kami menemukan shelter 1 juga. Sedikit lega kemudian kami akhirnya sampai di perkemahan di tepi lau kawar.

packing pulang
Setelah packing, kami kemudian menaiki angkot yang membawa kami ke berastagi. Kami semua ada di dalam angkot tersebut. Kemudian ombun cerita kalo tadi malam tenda kami di kelilingi anjing dan anjingnya melolong lolong dekat sekali. Ternyata malam itu cukup horor, namun aku tidak tau. Dan kemudian aku ngaku kepada mereka kalo aku sebenernya tiba-tida dapet, dan terkuaklah ternyata tadi pas perjalanan turun, GPS yang kami gunakan hanya bergerak di satu titik. Namun mereka gak mau ngasi tau takut kami panik. Dan fery yang ada semacam sensitifnya terhadap dunia lain juga memberi tahu kalo tadi pas naik pagi hari, dia melihat banyak sekelebat bayangan yang mengikuti kami. Kemungkinan sih karena aku naik pas dapet dan biasanya yang begituan suka tau bau anyir darah. Kami pun kembali ke medan dalam keadaan sehat walafiat. Sungguh pengalaman yang tidak terlupakan. Based on my true story :) (iys).

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar